daftar blog gratis penghasil uang


Search

Rabu, 10 Februari 2010

PESTISIDA DAN PENGGUNAANNYA



Oleh:
Rudy C Tarumingkeng, PhD
Guru Besar Institut Pertanian Bogor,
Anggota Komisi Pestisida RI,
Anggota Panel Teknologi Lingkungan RUT-LIPI
Pestisida
Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan
untuk membunuh jasad hidup yang mengganggu tumbuhan,
ternak dan sebagainya yang diusahakan manusia untuk
kesejahteraan hidupnya. Pest berarti hama, sedangkan cide
berarti membunuh.
Dalam praktek, pestisida digunakan bersama-sama dengan
bahan lain misalnya dicampur minyak untuk melarutkannya, air
pengencer, tepung untuk mempermudah dalam pengenceran
atau penyebaran dan penyemprotannya, bubuk yang dicampur
sebagai pengencer (dalam formulasi dust), atraktan (misalnya
bahan feromon) untuk pengumpan, bahan yang bersifat sinergis
untuk penambah daya racun, dsb.
Karena pestisida merupakan bahan racun maka
penggunaanya perlu kehati-hatian, dengan memperhatikan
keamanan operator, bahan yang diberi pestisida dan lingkungan
sekitar. Perhatikan petunjuk pemakaian yang tercantum dalam
label dan peraturan-pearturan yang berkaitan dengan
penggunaan bahan racun, khususnya pestisida.
Penggolongan pestisida menurut jasad sasaran
· Insektisida, racun serangga (insekta)
· Fungisida, racun cendawan / jamur
· Herbisida, racun gulma / tumbuhan pengganggu
· Akarisida, racun tungau dan caplak (Acarina)
· Rodentisida, racun binatang pengerat (tikus dsb.)
· Nematisida, racun nematoda, dst.
Penggolongan menurut asal dan sifat kimia
1. Sintetik
1.1. Anorganik : garam-garam beracun seperti arsenat,
flourida, tembaga sulfat dan garam merkuri.
1.2. Organik :
1.2.1. Organo khlorin : DDT, BHC, Chlordane, Endrin dll.
1.2.2. Heterosiklik : Kepone, mirex dll.
1.2.3. Organofosfat : malathion, biothion dll.
1.2.4. Karbamat : Furadan, Sevin dll.
1.2.5. Dinitrofenol : Dinex dll.
1.2.6. Thiosianat : lethane dll.
1.2.7. Sulfonat, sulfida, sulfon.
1.2.8. Lain-lain : methylbromida dll.
2. Hasil alam : Nikotinoida, Piretroida, Rotenoida dll.
Penamaan pestisida (Nomenklatur)
Contoh :
I. Carbophenothion
II. Trithion (R)
III.
(p-chlorophenylthio) methyl ] 0 , 0 -diethyl phosphorodithioate
IV.
Keterangan:
I. Nama umum (generik)
II. Nama dagang
III. Nama kimia
IV. Rumus (struktur) kimia
Cara masuk insektisida ke dalam tubuh serangga :
· Melalui dinding badan, kulit (kutikel)
· Melalui mulut dan saluran makanan (racun perut)
· Melalui jalan napas (spirakel) misalnya dengan
fumigan.
Jenis racun pestisida
Dari segi racunnya pestisida dapat dibedakan atas:
1. Racun sistemik, artinya dapat diserap melalui sistem
organisme misalnya melalui akar atau daun kemudian
diserap ke dalam jaringan tanaman yang akan
bersentuhan atau dimakan oleh hama sehingga
mengakibatkan peracunan bagi hama.
2. Racun kontak, langsung dapat menyerap melalui kulit
pada saat pemberian insektisida atau dapat pula serangga
target kemudian kena sisa insektisida (residu) insektisida
beberapa waktu setelah penyemprotan.
Formulasi pestisida
Pestisida dalam bentuk teknis (technical grade) sebelum
digunakan perlu diformulasikan dahulu. Formulasi pestisida
merupakan pengolahan (processing) yang ditujukan untuk
meningkatkan sifat-sifat yang berhubungan dengan keamanan,
penyimpanan, penanganan (handling), penggunaan, dan
keefektifan pestisida. Pestisida yang dijual telah diformulasikan
sehingga untuk penggunaannya pemakai tinggal mengikuti
petunjuk-petunjuk yang diberikan dalam manual.
Formulasi insektisida yang digunakan dalam pengawetan
kayu dan pengendalian hama hasil hutan pada umumnya adalah
dalam bentuk:
1. Untuk Penyemprotan (sprays) dan pencelupan (dipping)
1.1. Emulsifiable / emulsible concentrates (EC)
1.2. Water miscible liquids (S)
1.2a. Water soluble concentrates (WSC)
1.2b. Soluble concentrates (SC)
1.3. Wettable powder (WP)
1.4. Flowable suspension (F)
1.5. Water soluble powders (SP)
1.6. Ultra Low Volume Concentrates (ULV)
2. Dalam bentuk Dusts (D)
2.1. Racun dust yang tidak diencerkan, misalnya langsung
dioleskan pada bagian tiang yang akan ditanam (direct dust
admixture)
2.2. Racun dengan pengencer aktif, misalnya belerang
2.3. Racun dengan pengencer inert, misalnya pyrophyllite
3. Fumigan misalnya kloropikrin untuk Cryptotermes
4. Umpan (baits)
EC (emulsible atau emulsifiable concentrates) adalah larutan
pekat pestisida yang diberi emulsifier (bahan pengemulsi) untuk
memudahkan penyampurannya yaitu agar terjadi suspensi dari
butiran-butiran kecil minyak dalam air. Suspensi minyak dalam
air ini merupakan emulsi. Bahan pengemulsi adalah sejenis
detergen (sabun) yang menyebabkan penyebaran butir-butir
kecil minyak secara menyeluruh dalam air pengencer. Secara
tradisional insektisida digunakan dengan cara penyemprotan
bahan racun yang diencerkan dalam air, minyak, suspensi air,
dusting, dan butiran. Penyemprotan merupakan cara yang paling
umum, mencakup 75 % dari seluruh pemakaian insektisida, yang
sebagian besar berasal dari formulasi Emulsible Concentrates.
Bila partikel air diencerkan dalam minyak (kebalikan dari
emulsi) maka hal ini disebut emulsi invert. EC yang telah
diencerkan dan diaduk hendaknya tidak mengandung gumpalan
atau endapan setelah 24 jam.
S (solution, larutan dalam air) merupakan larutan garam
dalam air atau campuran yang jernih walaupun semula
mengandung cairan lain misalnya alkohol yang dapat bercampur
dengan air.
Dusts (D) : Dusts, debu, tepung atau bubuk – merupakan
formulasi pestisida yang paling sederhana dan yang paling
mudah untuk digunakan. Contoh paling sederhana dari dust
yang tidak di “encerkan” adalah tepung belerang yang
digunakan untuk menekan hampi semua populasi serangga.
Rayap Cryptotermes dapat dikendalikan populasinya dengan
dusting.
Insektisida teknis, adalah insektisida yang tidak
diformulasikan (technical grade); dianjurkan agar jangan sekalisekali
menggunakan secara langsung insektisida teknis yang
belum diformulasikan karena :
· sangat berbahaya bagi pemakai (operator)
· berbahaya bagi pihak lain (manusia dan jasad-jasad
lain di sekitar)
· mencemari sumber air
· lebih mahal
· sukar pengaplikasiannya
· residu bertahan lama (bahaya terhadap lingkungan)
· tidak dapat disimpan lama dan penyimpanannya
menimbulkan masalah
· kurang efektif’
Cara kerja racun (lihat bagian akhir, Toksikologi)
1. Racun sel umum / protoplasma, misalnya logam-logam
berat, arsenat dll.
2. Racun syaraf :
· Mempengaruhi keseimbangan ion-ion K dan Na dalam
neuron (sel syaraf) dan merusak selubung syaraf :
DDT dan OK lainnya
· Menghambat bekerjanya ChE (ensim pengurai
acethylcholine yaitu Choline Esterase) : semua OF dan KB
3. Racun lain misalnya merusak mitokondria, sel darah dll.
* Keterangan : OK - orgonokhlorin (chlorinated
hydrocarbons)
OF - organofofat (organophosphates atau
fosfat organik)
KB - karbamat (carbamates)
Syarat syarat pestisida yang ekonomis:
1. Efektif – memiliki daya mematikan hama yang tinggi
2. Aman terhadap manusia terutama operator, juga hewan
ternak dan komponen lingkungan lainnya, cukup selektif
(tidak membunuh jasad yang bukan sasaran), kurang
persisten, tidak menyebabkan biomagnifikasi.
3. Ekonomis, efektif, efisien : broad spectrum (dapat
digunakan untuk berbagai hama), cukup spesifik, dan
relatif tidak mahal.
Cara pemakaian (application methods):
1. Penyemprotan (spraying) : merupakan metode yang paling
banyak digunakan. Biasanya digunakan 100-200 liter
enceran insektisida per ha. Paling banyak adalah 1000
liter/ha sedang paling kecil 1 liter/ha seperti dalam ULV.
2. Dusting (lihat penjelasan terdahulu) : untuk hama rayap
kayu kering Cryptotermes, dusting sangat efisien bila
dapat mencapai koloni karena racun dapat menyebar
sendiri melalui efek perilaku trofalaksis.
3. Penuangan atau penyiraman (pour on) misalnya untuk
membunuh sarang (koloni) semut, rayap, serangga tanah
di persemaian dsb.
4. Injeksi batang : dengan insektisida sistemik bagi hama
batang, daun, penggerek dll.
5. Dipping : perendaman / pencelupan seperti untuk biji /
benih, kayu.
6. Fumigasi : penguapan, misalnya pada hama gudang atau
hama kayu.
7. Impregnasi : metode dengan tekanan (pressure) misalnya
dalam pengawetan kayu.
Pestisida dan bahan penyampur
Pestisida sebagai bahan racun akfif (active ingredient) dalam
formulasi biasanya dinyatakan dalam berat / volume (di Amerika
Serikat dan Inggris) atau berat-berat (di Eropah). Bahan-bahan
lain yang tidak akfif yang dicampurkan dalam pestisida yang
telah diformulasi dapat berupa :
· pelarut (solvent) adalah bahan cair pelarut misalnya
alkohol, minyak tanah, xylene dan air. Biasanya bahan
pelarut ini telah diberi deodorant (bahan penghilang bau
tidak enak baik yang berasal dari pelarut maupun dari
bahan aktif).
· sinergis, sejenis bahan yang dapat meningkatkan daya
racun, walaupun bahan itu sendiri mungkin tidak beracun,
seperti sesamin (berasal dari biji wijen), dan piperonil
butoksida.
· emulisifier, merupakan bahan detergen yang akan
memudahkan terjadinya emulsi bila bahan minyak
diencerkan dalam air.
· di samping bahan-bahan tersebut di atas, menurut
keperluan, dalam formulasi ditambahkan bahan-bahan
lain seperti pencegah kebakaran, penghilang bau yang
tidak enak (deodorizer) dan peniada tegangan permukaan.
Dosis, dose konsentrasi dan aplikasi
Dosis (dosage), adalah banyaknya (volume) racun (bahan
aktif, walaupun dalam praktek yang dimaksud adalah product
formulation) yang diaplikasikan pada suatu satuan luas atau
volume, misalnya : 1 liter / ha luasan, 100 cc / m3 kayu dst. Dosis
pestisida untuk suatu keperluan biasanya tetap, walaupun
kensentrasi dapat berubah-ubah.
Dose adalah banyaknya racun (biasanya dinyatakan dalam
berat, mg) yang diperlukan untuk masuk dalam tubuh organisme
dan dapat mematikannya, misalnya lethal dose (LD) dinyatakan
dalam mg/kg (mg bahan aktif per kg berat tubuh organisme
sasaran).
Konsentrasi, adalah perbandingan (persentase, precentage)
antara bahan aktif dengan bahan pengencer, pelarut dan/atau
pembawa.
BEBERAPA CONTOH INSEKTISIDA
Di antara golongan-golongan insektisida yang paling banyak
digunakan dalam pertanian dan kehutanan pada saat ini adalah
dari golongan OK (organokhlorin), OF (organofosfat) dan KB
(karbamat).
1. Organoklorin (OK)
2. Organofosfat (OF)
4. Karbamat (KB)
5. Thiosianat
6. Fluoroasetat
7. Dinitrofenol
8. Insektisida botanis :
Piretroida
9. Inhibitor sintesis kutikel
10. Sinergis
11. Fumigan
TOKSIKOLOGI
Senyawa-senyawa OK (organokhlorin, chlorinated
hydrocarbons) sebagian besar menyebabkan kerusakan pada
komponen-komponen selubung sel syaraf (Schwann cells)
sehingga fungsi syaraf terganggu. Peracunan dapat
menyebabkan kematian atau pulih kembali. Kepulihan bukan
disebabkan karena senyawa OK telah keluar dari tubuh tetapi
karena disimpan dalam lemak tubuh. Semua insektisida OK
sukar terurai oleh faktor-faktor lingkungan dan bersifat persisten,
Mereka cenderung menempel pada lemak dan partikel tanah
sehingga dalam tubuh jasad hidup dapat terjadi akumulasi,
demikian pula di dalam tanah. Akibat peracunan biasanya terasa
setelah waktu yang lama, terutama bila dose kematian (lethal
dose) telah tercapai. Hal inilah yang menyebabkan sehingga
penggunaan OK pada saat ini semakin berkurang dan dibatasi.
Efek lain adalah biomagnifikasi, yaitu peningkatan peracunan
lingkungan yang terjadi karena efek biomagnifikasi (peningkatan
biologis) yaitu peningkatan daya racun suatu zat terjadi dalam
tubuh jasad hidup, karena reaksi hayati tertentu.
Semua senyawa OF (organofosfat, organophospates) dan KB
(karbamat, carbamates) bersifat perintang ChE (ensim choline
esterase), ensim yang berperan dalam penerusan rangsangan
syaraf. Peracunan dapat terjadi karena gangguan dalam fungsi
susunan syaraf yang akan menyebabkan kematian atau dapat
pulih kembali. Umur residu dari OF dan KB ini tidak berlangsung
lama sehingga peracunan kronis terhadap lingkungan cenderung
tidak terjadi karena faktor-faktor lingkungan mudah
menguraikan senyawa-senyawa OF dan KB menjadi komponen
yang tidak beracun. Walaupun demikian senyawa ini merupakan
racun akut sehingga dalam penggunaannya faktor-faktor
keamanan sangat perlu diperhatikan. Karena bahaya yang
ditimbulkannya dalam lingkungan hidup tidak berlangsung lama,
sebagian besar insektisida dan sebagian fungisida yang
digunakan saat ini adalah dari golongan OF dan KB.
Parameter yang digunakan untuk menilai efek peracunan
pestisida terhadap mamalia dan manusia adalah nilai LD50
(lethal dose 50 %) yang menunjukkan banyaknya pestisida
dalam miligram (mg) untuk tiap kilogram (kg) berat seekor
binatang-uji, yang dapat membunuh 50 ekor binatang sejenis
dari antara 100 ekor yang diberi dose tersebut. Yang perlu
diketahui dalam praktek adalah LD50 akut oral (termakan) dan
LD50 akut dermal (terserap kulit). Nilai-nilai LD50 diperoleh dari
percobaan-percobaan dengan tikus putih. Nilai LD50 yang tinggi
(di atas 1000) menunjukkan bahwa pestisida yang bersangkutan
tidak begitu berbahaya bagi manusia. LD50 yang rendah (di
bawah 100) menunjukkan hal sebaliknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar